SERATUS TIGA TAHUN
PEKABARAN INJIL DI SARMI DALAM PRESPEKTIF
TEOLOGI PENCIPTAAN ( Kej. 1 :10c, 21c,
25c ; Mat. 4:23)
Oleh : Pdt. Oswald Rumbino,S.Th
“Allah melihat bahwa
semuanya itu baik” (Kej. 1 :10c, 21c, 25c)
Perayaan 103 Tahun Injil di Sarmi, dalam prespektif teologi penciptaan
meletakan dipundak gereja dan pemerintah paling sedikit dua pekerjaan besar dan
berkesinambungan yaitu membebaskan dari kuasa kegelapan dan melepaskan manusia
dari kemiskinan.
Pertama, tugas gereja (yang lahir dari hasil pekabaran Injil) adalah
memberitakan Injil Kerajaan Allah. Dan Injil itu bukan hanya kata-kata kosong,
tetapi sebuah tindakan nyata. Menurut rumusan Matius 4:23, “Melenyapkan
segala penyakit dan kelemahan diantara bangsa itu” ke empat Penginjil dalam
Perjanjian Baru menyaksikan bahwa dengan kehadiran Yesus Kristus, Kerajaan
Allah itu Nyata. Hal ini nampak dalam seluruh hidup dan Pekerjaan Yesus
Kristus. Karena itu tugas anggota sidi jemaat GKI Sarmi adalah menghidupkan
kembali nilai-nilai Injil dalam Kehidupan sehari-hari.Hidup yang kita
jalani hari ini dan seterusnya akan
lebih hidup jika dijalani dalam hubungan dengan Tuhan,dan dengan sesama
Dalam,pesrspektif teologi penciptaan kita percaya bahwa Allah adalah pencipta
langit dan bumi denan segala isinya dan bahwa Ia memelihara ciptaan Nya
menunjukkan keterlibatan,Allah dalam hidup manusia. Tidak ada sedikitpun dari
ciptaan itu ada di luar kekuasaan Allah Ia adalah pemilik dan penguasa bumi
ini. Untuk itu. Suara gereja tentang kasih. Kebenaran dan keadilan. Keberpihakan,
kesetaraan, toleransi harus terus didengungkan di pesisir kota ombak Sarmi.
Bentuk nyata dari seruan itu antara lain : peredaran miras sudah harus
dihentikan, titik-titik prostitusi di Sarmi sudah harus dibumihanguskan,
keterikatan kepada ilmu sihir, suwangi, guna-guna, fui-fui, doti sudah harus
dilepas,kekerasan dalam rumah tangga sudah harus di hentikan keberpihakan pada
masyarakat kecil menuntut kepekaan setiap pemimpin. Contoh kongkrit : sarana angkutan (ojek) sudah sangat
mencekik rayat kecil. Mama-mama penjual sayur di pasar, Mararena, pasar
kampung, hasil jualanya sama dengan harga ojek untuk kembali ke kampung.
Pembangunan mesti memanusiakan manusia dan memberi hidup. “Melenyapkan segala
penyakit dan kelemahan” sebagai kata kunci dalam Matius 4 : 23 sebagai kuk yang
dipasang di pundak setiap pemimpin di negeri ini. Kedua, dalam perspektif
teologi penciptaan maka di pundak gereja dan pemerintah diletakkan sebuah tugas
yaitu melepaskan manusia dari kemiskinan. Tugas ini memberi erat dengan
eksistensi manusia yang mendengar dan menerima Injili itu.Seperti Yesus,
setelah mengajar lima ribu orang Ia memberi mereka makan. Menurut yang
dituturkan oleh Markus sebagai berikut : Pada waktu hari sudah mulai malam,
datanglah murid-murid Nya kepada Nya dan berkata, Tempat ini sunyi dan hari
sudah mulai malam. Suruhlah mereka pergi, supaya mereka dapat membeli makanan
di desa-desa dan dikampung-kampung di sekitar ini” Tetepi jawab-nya, Kamu harus
memberi mereka makan”(Markus 6 : 35-37) Ketika murid-murid mau agar Yesus
menyuruh orang banyak membeli makanan di kampung-kampung, justru sebaliknya
Yesus menyuru murd-murid itu untuk memberi mereka makan. Tindakan nyata yang
dibutukan. Dan bukan lagi pernyataan belaka.Dalam perspektif teologi
penciptaan. Seratus tiga tahun penduduk Sarmi dijamah oleh injil dan injil dan
injil pada dirinya adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan. Dan penyelamatan
yang dikerjakan oleh Yesus Kristus mencakup semua aspek kehidupan. Karena itu.
Allah melihat semuanya itu amat baik. Namun fakta berkata lain Kerusakan alam
karena keserakahan manusia.kerusakan moral, miras, pergaulan bebas, KKN sebagai
penyakit yang sudah kronis sedang menggerogoti kita. Amin