Jumat, 21 Juni 2013

IPTEK dan IMAN Kristen

oleh:  Pdt. Dr. Ichwei G. Indra, Th.M.

PENDAHULUAN
Pada tahun 1991 dunia digemparkan oleh berita bahwa Perancis telah menghasilkan kereta rel tercepat di dunia yang diberi nama Train de Grand Vitesse (TGV), yang mampu melaju dengan kecepatan 300 Km/Jam hingga 513 Km/Jam. TGV Perancis ini menggambarkan betapa IPTEK telah berkembang dengan pesat pada beberapa dekade terakhir ini.
Dalam kenyataannya, di satu pihak memang IPTEK dan produk-produknya telah banyak memberikan manfaat, kemudahan, kenyamanan, kesenangan, dan menolong kehidupan umat manusia.  Namun di pihak lain, kita perlu menyadari bahwa sejak lahirnya, IPTEK juga selalu membawa pengaruh, akibat-akibat, dan risiko-risiko negatip yang tidak kecil nilainya, bahkan sering harus dibayar berlipat dari nilai produk IPTEK itu sendiri.
Itulah sebabnya, terhadap topik bahasan kita "IPTEK dan Iman Kristen," sebuah pertanyaan yang ingin saya ajukan ialah bagaimanakah menempatkan nilai moral Kristen (tanpa mengubah nilai itu) di tengah-tengah era teknologi yang melaju dengan cepat? Untuk menjawab pertanyaan ini ada tiga hal yang perlu kita selidiki:
 I.  Adakah IPTEK dalam Alkitab?
Sebelumnya, kita perlu membedakan ilmu pengetahuan dari teknologi. Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang didasarkan atas fakta-fakta di mana pengujian kebenarannya diatur menurut suatu tingkah laku sistem. Sedangkan teknologi, berasal dari dua kata Yunani tekhne (=pekerjaan) dan logos, berarti suatu studi peralatan, prosedur dan metode yang digunakan pada berbagai cabang industri. Dari pengertian ini bisa dilihat bahwa ilmu pengetahuan cenderung berpijak pada teori, sedangkan teknologi merupakan suatu ilmu terapan. Namun jika kita selidiki dengan seksama maka kita akan menemukan adanya kesamaan, yaitu keduanya bersangkut-paut dengan ide manusia dan berobjek pada alam semesta.
Nah! Karena menyangkut ide manusia dan alam semesta, sebenarnya IPTEK sudah dimulai sejak zaman Alkitab atau sejak awal sejarah manusia. Secara filosofis, setelah kejatuhan ke dalam dosa, ide dan pemikiran manusia selalu dipengaruhi oleh dua kekuatan:  manusia dengan ide dan pemikiran yang telah dipulihkan oleh Allah atau ide dan pemikiran yang tetap dalam dosa. Dua pengaruh ini akan tampak terlihat pada tujuan dan karya-karya manusia dalam IPTEK.  Beberapa contoh dapat saya ketengahkan sebagai berikut:
Pertama, dalam sejarah air bah dengan jelas bahwa Allah memerintahkan Nuh membuat  kapal untuk  menyelamatkan ia dan keluarganya dari kebinasaan akibat air bah dan kebobrokan moral dunia pada waktu itu. Dimensi ruang dalam kapal ataupun bahan telah ditentukan oleh Allah (Kej 6:14-15). 
Kedua, ketika Musa diperintahkan untuk membuat Kemah Suci (Kel 25:9), Allah sendiri telah menjadi arsitek yang merencanakan ruang-ruang, dimensi dan bahan untuk kemah suci tersebut (Kel 25:1-27:21).  Kemudian kita membaca bahwa kemuliaan Allah memenuhi Kemah Suci tersebut (Kel 40:35).
Ketiga, tentang Bait Suci dan istana yang dibangun oleh Salomo (1 Raj 7-8).  Dari contoh-contoh di atas dapat dilihat bahwa Allah tidak pernah menghalangi ataupun menutup segala perkembangan IPTEK.  Kita pun melihat dalam contoh-contoh ini bahwa setiap teknologi selalu di kaitkan dengan keselamatan dan maksud Allah terhadap manusia dan dunia.
Akan tetapi di sisi lain, kita akan melihat bahwa Allah juga menentang setiap penciptan teknologi yang bermotivasikan kebesaran diri, kelompok, ataupun bangsa.  Beberapa contoh dapat saya ketengahkan sebagai berikut:
Keempat, ketika Allah memporak-porandakan Babel (Kej 11:1-9), yang ditentang bukanlah pendirian kota dan menara Babelnya tapi motivasi mereka yang mencari nama dan ingin menyamai Allah (Kej 11:4).
Kelima, kemewahan, gemerlap teknologi di zaman Salomo dapat menyebabkan dia banyak mengoleksi wanita asing sehingga dia kemudian jatuh kepada penyembahan berhala (1 Raj 11:1-13).
Keenam, Ketika murid-murid menunjuk pad bangunan Bait Suci, Yesus mengatakan bahwa bangunan tersebut akan diruntuhkan (Mat 24:1-2). 
Ketujuh, Tuhan Yesus juga menentang penyalahgunaan fungsi Bait Suci yang dibangun selama empat puluh enam tahun menjadi arena komersil (Yoh 2:16).
Dari tinjauan Alkitab ini bisa disimpulkan bahwa IPTEK telah dimulai sejak awal sejarah manusia.  Manusia memiliki daya cipta IPTEK karena dia diciptakan sebagai gambar Allah dan sebagai pribadi yang berakal budi.  Allah sendiri adalah pencipta alam semesta, pendorong dan pencetus ide terhadap lahirnya IPTEK. Kita harus ingat bahwa Yesus sendiri adalah tukang kayu (Mrk 5:3). Ia adalah seorang yang mengerti pondasi dan mekanika tanah (Mat 7:24-27).  Allah tidak pernah membatasi daya cipta dan kreasi manusia akan IPTEK. Namun perlu juga dicatat bahwa ide dan tujuan penciptaan IPTEK dan produknya oleh manusia akan dipengaruhi oleh pandangan-pandangannya terhadap Allah, manusia dan alam semesta.
 II. Hasil-hasil IPTEK dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Manusia
Secara ringkas dapat disebutkan hasil positip dan hasil negatip dari IPTEK.  Secara positip, hasil dan penemuan teknologi telah banyak memberikan manfaat dan kemudahan bagi umat manusia. Bila pada masa lalu seorang perencana bangunan bertingkat memerlukan  berhari-hari ataupun berbulan-bulan dalam melakukan perhitungan-perhitungan struktur, kini dengan bantuan software bisa dilakukan dengan waktu kurang dari seminggu dalam kondisi ketelitian dan ketepatan yang jauh lebih tinggi.  Demikian pula perkembangan teknologi dalam dunia kedokteran telah banyak membantu analisis dan penangan pasien secara lebih tepat dan cermat.
Dengan perkembangan video, TV, antene parabola, satelit komunikasi, komunikasi antarkota, antarpulau dan bahkan antarbenua bukan merupakan suatu kesulitan yang besar.  Penginjilan pun dapat dilakukan dengan mudah memakai hasil-hasil teknologi tersebut.  Revolusi dalam teknologi transportasi seperti pesawat terbang, kereta listrik, kapal laut ataupun perkembangan mobil, telah memungkinkan suatu perjalanan yang cepat, aman dan nyaman.  Dunia rumah tangga juga mengalami terobosan teknologi yang revolusioner, alat dapur, mesin cuci sampai pemotong rumput telah banyak membantu manusia dalam menghemat waktu dan tenaga dalam tugas-tugas rumah tangga.
Namun demikian harus pula kita akui bahwa di samping keuntungan-keuntungan kita dapati pula kerugian-kerugiannya dari hasil perkembangan IPTEK. Beberapa krisis yang dapat timbul, misalnya, sebagai dampak IPTEK adalah:
Pertama, krisis sosial-ekonomi. Perkembangan teknologi yang cepat akan memacu para produsen untuk terus mengadakan pembaruan terhadap produknya agar mereka bisa menguasai pasar dan memiliki daya saing yang kuat di pasaran.  Ambilnya contoh suatu produk komputer dan software pada IBM-PC, hampir setiap tahun mereka selalu menawarkan pembaruan dan produk baru.  Akibatnya, masyarakat mau tidak mau juga harus dipacu untuk terus hidup mengikuti perkembangan teknologi.  Untuk mengikuti perkembangan teknologi perlu suatu biaya yang tidak kecil, sehingga hanya mereka yang memiliki finansial yang kuat sajalah yang akan dapat mengambil manfaat dari perkembangan teknologi tersebut.  Di sisi lain, kemajuan teknologi juga banyak mengurangi tenaga manusia untuk diganti dnegan tenaga mesin, sehingga krisis pengangguran menjadi bagian yang tak terpisahkan dari suatu era teknologi.
Kedua, krisis media.  Kemajuan dalam setiap produk teknologi telah memungkinkan nilai-nilai yang amoral seperti ide-ide pornografi, kekejaman dan sadistis dapat disalurkan dan dinikmati melalui TV, video, disket komputer dan lain-lain, secara sempurna.  Kenyataan ini secara tidak langsung telah menawarkan model-model keriminalitas dalam suatu masyarakat, sehingga mereka didorong melakukan hal yang sama, sehingga, bukanlah hal yang mustahil bila masyarakat memasuki "nilai-nilai" yang disesuaikan dengan teknologi yang ada.  Sebagai contoh, hubungan seks tanpa nikah saat ini merupakan hal yang normal bagi masyarakat karena mereka banyak melihat model baik melalui koran, televisi ataupun film, baik dari luar maupun dalam negeri.  Lebih dari itu televisi menjadikan manusia memiliki hobi baru, yaitu sebagai penonton; sedangkan waktu-waktu utnuk berdoa, bekerja menjadi terabaikan karena acara-acara televisi lebih menarik perhatian.
Ketiga, krisis mental.  Manusia menjadi egois, tak pernah memperhatikan orang lain, memburu kemewahan dan kekayaan, memandang rendah agama.  Mentalitas lain yang berkembang dalam era teknologi saat ini adalah mental kompromi, suatu mental yang  menginginkan  berpijak  pada  dua dunia sekaligus.  Mentalitas yang menerima dan berbuat kenyataan yang salah meskipun dia mengetahui hal itu bertentangan dengan nilai-nilai kebenaran.  Inilah suatu era di mana banyak orang Kristen kehilangan wajahnya sebagai orang percaya!
KESIMPULAN DAN PENUTUP
Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa meskipun IPTEK terus berkembang dan moral masyarakat terus merosot  namun sifat dasar mereka masih tetap sama dengan apa yang dikatakan oleh firman Allah.  Ide dan produk manusia dalam era IPTEK ini tetap berada dalam dialektis dua pengaruh, pengaruh kebenaran dan ketidakbenaran, pengaruh kesucian dan dosa, tesis dan antitesis, sehingga relevansi Alkitab tidak pernah pudar, sebagaimana perkataan Tuhan Yesus, "Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu" (Luk 21:33).
Dalam menghadapi perkembangan IPTEK dan pengaruhnya, sikap Yesus kiranya menjadi model dari iman Kristen dalam menghadapi pembaharuan dan perubahan.  Yesus dalam menghadapi zaman tidak pernah kembali ke belakang, Ia selalu berpandangan ke depan, dan menerima perubahan dan pembaharuan (Mat 9:16-17).  Namun pandangan dan perbuatan Yesus tidak pernah mengubah kebenaran allah dan kompromi terhadap pandangan dunia.
Pengaruh kekristenan yang mendorong lahirnya IPTEK merupakan cermin sikap kristiani yang bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan Allah kepada manusia sebagaiamana tertulis dalam Kejadian 1:28.  Pengaruh tersebut makin diperlukan dalam menghadapi era IPTEK saat ini, sehingga hal ini menjadi tanggung jawab setiap ilmuwan Kristen.  Lebih dari itu iman Kristen harus merupakan penyaring segala ide IPTEK yang bertentangan dengan iman Kristen.
Gaya hidup kristiani harus mempunyai sikap selektif, menahan diri untuk memilih dan memiliki produk-produk teknologi, agar tidak jatuh ke dalam sekularisme dan teologi kemakmuran.  Lebih dari itu, hidup kasih, yang makin ditinggalkan oleh manusia era IPTEK ini, pada kenyataannya justru makin diperlukan dan makin membawa kesejukan bila diterapkan pada masa kini.