oleh: Pdt. Dr. Ichwei G. Indra, Th.M.
PENDAHULUAN
Pada tahun 1991 dunia digemparkan
oleh berita bahwa Perancis telah menghasilkan kereta rel tercepat di dunia yang
diberi nama Train de Grand Vitesse (TGV), yang mampu melaju dengan
kecepatan 300 Km/Jam hingga 513 Km/Jam. TGV Perancis ini menggambarkan betapa
IPTEK telah berkembang dengan pesat pada beberapa dekade terakhir ini.
Dalam kenyataannya, di satu pihak
memang IPTEK dan produk-produknya telah banyak memberikan manfaat, kemudahan,
kenyamanan, kesenangan, dan menolong kehidupan umat manusia. Namun di pihak
lain, kita perlu menyadari bahwa sejak lahirnya, IPTEK juga selalu membawa
pengaruh, akibat-akibat, dan risiko-risiko negatip yang tidak kecil nilainya,
bahkan sering harus dibayar berlipat dari nilai produk IPTEK itu sendiri.
Itulah sebabnya, terhadap topik
bahasan kita "IPTEK dan Iman Kristen," sebuah pertanyaan yang ingin saya ajukan
ialah bagaimanakah menempatkan nilai moral Kristen (tanpa mengubah nilai itu) di
tengah-tengah era teknologi yang melaju dengan cepat? Untuk menjawab pertanyaan
ini ada tiga hal yang perlu kita selidiki:
I.
Adakah IPTEK dalam Alkitab?
Sebelumnya, kita perlu membedakan
ilmu pengetahuan dari teknologi. Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang
didasarkan atas fakta-fakta di mana pengujian kebenarannya diatur menurut suatu
tingkah laku sistem. Sedangkan teknologi, berasal dari dua kata Yunani tekhne
(=pekerjaan) dan logos, berarti suatu studi peralatan, prosedur dan
metode yang digunakan pada berbagai cabang industri. Dari pengertian ini bisa
dilihat bahwa ilmu pengetahuan cenderung berpijak pada teori, sedangkan
teknologi merupakan suatu ilmu terapan. Namun jika kita selidiki dengan seksama
maka kita akan menemukan adanya kesamaan, yaitu keduanya bersangkut-paut dengan
ide manusia dan berobjek pada alam semesta.
Nah! Karena menyangkut ide manusia
dan alam semesta, sebenarnya IPTEK sudah dimulai sejak zaman Alkitab atau sejak
awal sejarah manusia. Secara filosofis, setelah kejatuhan ke dalam dosa, ide dan
pemikiran manusia selalu dipengaruhi oleh dua kekuatan: manusia dengan ide dan
pemikiran yang telah dipulihkan oleh Allah atau ide dan pemikiran yang tetap
dalam dosa. Dua pengaruh ini akan tampak terlihat pada tujuan dan karya-karya
manusia dalam IPTEK. Beberapa contoh dapat saya ketengahkan sebagai berikut:
Pertama, dalam sejarah air bah
dengan jelas bahwa Allah memerintahkan Nuh membuat kapal untuk menyelamatkan
ia dan keluarganya dari kebinasaan akibat air bah dan kebobrokan moral dunia
pada waktu itu. Dimensi ruang dalam kapal ataupun bahan telah ditentukan oleh
Allah (Kej 6:14-15).
Kedua, ketika Musa diperintahkan
untuk membuat Kemah Suci (Kel 25:9), Allah sendiri telah menjadi arsitek yang
merencanakan ruang-ruang, dimensi dan bahan untuk kemah suci tersebut (Kel
25:1-27:21). Kemudian kita membaca bahwa kemuliaan Allah memenuhi Kemah Suci
tersebut (Kel 40:35).
Ketiga, tentang Bait Suci dan
istana yang dibangun oleh Salomo (1 Raj 7-8). Dari contoh-contoh di atas dapat
dilihat bahwa Allah tidak pernah menghalangi ataupun menutup segala perkembangan
IPTEK. Kita pun melihat dalam contoh-contoh ini bahwa setiap teknologi selalu
di kaitkan dengan keselamatan dan maksud Allah terhadap manusia dan dunia.
Akan tetapi di sisi lain, kita
akan melihat bahwa Allah juga menentang setiap penciptan teknologi yang
bermotivasikan kebesaran diri, kelompok, ataupun bangsa. Beberapa contoh dapat
saya ketengahkan sebagai berikut:
Keempat, ketika Allah
memporak-porandakan Babel (Kej 11:1-9), yang ditentang bukanlah pendirian kota
dan menara Babelnya tapi motivasi mereka yang mencari nama dan ingin menyamai
Allah (Kej 11:4).
Kelima, kemewahan, gemerlap
teknologi di zaman Salomo dapat menyebabkan dia banyak mengoleksi wanita asing
sehingga dia kemudian jatuh kepada penyembahan berhala (1 Raj 11:1-13).
Keenam, Ketika murid-murid
menunjuk pad bangunan Bait Suci, Yesus mengatakan bahwa bangunan tersebut akan
diruntuhkan (Mat 24:1-2).
Ketujuh, Tuhan Yesus juga
menentang penyalahgunaan fungsi Bait Suci yang dibangun selama empat puluh enam
tahun menjadi arena komersil (Yoh 2:16).
Dari tinjauan Alkitab ini bisa
disimpulkan bahwa IPTEK telah dimulai sejak awal sejarah manusia. Manusia
memiliki daya cipta IPTEK karena dia diciptakan sebagai gambar Allah dan sebagai
pribadi yang berakal budi. Allah sendiri adalah pencipta alam semesta,
pendorong dan pencetus ide terhadap lahirnya IPTEK. Kita harus ingat bahwa Yesus
sendiri adalah tukang kayu (Mrk 5:3). Ia adalah seorang yang mengerti pondasi
dan mekanika tanah (Mat 7:24-27). Allah tidak pernah membatasi daya cipta dan
kreasi manusia akan IPTEK. Namun perlu juga dicatat bahwa ide dan tujuan
penciptaan IPTEK dan produknya oleh manusia akan dipengaruhi oleh
pandangan-pandangannya terhadap Allah, manusia dan alam semesta.
II.
Hasil-hasil IPTEK dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Manusia
Secara ringkas dapat disebutkan
hasil positip dan hasil negatip dari IPTEK. Secara positip, hasil dan penemuan
teknologi telah banyak memberikan manfaat dan kemudahan bagi umat manusia. Bila
pada masa lalu seorang perencana bangunan bertingkat memerlukan berhari-hari
ataupun berbulan-bulan dalam melakukan perhitungan-perhitungan struktur, kini
dengan bantuan software bisa dilakukan dengan waktu kurang dari seminggu
dalam kondisi ketelitian dan ketepatan yang jauh lebih tinggi. Demikian pula
perkembangan teknologi dalam dunia kedokteran telah banyak membantu analisis dan
penangan pasien secara lebih tepat dan cermat.
Dengan perkembangan video, TV,
antene parabola, satelit komunikasi, komunikasi antarkota, antarpulau dan bahkan
antarbenua bukan merupakan suatu kesulitan yang besar. Penginjilan pun dapat
dilakukan dengan mudah memakai hasil-hasil teknologi tersebut. Revolusi dalam
teknologi transportasi seperti pesawat terbang, kereta listrik, kapal laut
ataupun perkembangan mobil, telah memungkinkan suatu perjalanan yang cepat, aman
dan nyaman. Dunia rumah tangga juga mengalami terobosan teknologi yang
revolusioner, alat dapur, mesin cuci sampai pemotong rumput telah banyak
membantu manusia dalam menghemat waktu dan tenaga dalam tugas-tugas rumah
tangga.
Namun demikian harus pula kita
akui bahwa di samping keuntungan-keuntungan kita dapati pula
kerugian-kerugiannya dari hasil perkembangan IPTEK. Beberapa krisis yang dapat
timbul, misalnya, sebagai dampak IPTEK adalah:
Pertama, krisis sosial-ekonomi.
Perkembangan teknologi yang cepat akan memacu para produsen untuk terus
mengadakan pembaruan terhadap produknya agar mereka bisa menguasai pasar dan
memiliki daya saing yang kuat di pasaran. Ambilnya contoh suatu produk komputer
dan software pada IBM-PC, hampir setiap tahun mereka selalu menawarkan pembaruan
dan produk baru. Akibatnya, masyarakat mau tidak mau juga harus dipacu untuk
terus hidup mengikuti perkembangan teknologi. Untuk mengikuti perkembangan
teknologi perlu suatu biaya yang tidak kecil, sehingga hanya mereka yang
memiliki finansial yang kuat sajalah yang akan dapat mengambil manfaat dari
perkembangan teknologi tersebut. Di sisi lain, kemajuan teknologi juga banyak
mengurangi tenaga manusia untuk diganti dnegan tenaga mesin, sehingga krisis
pengangguran menjadi bagian yang tak terpisahkan dari suatu era teknologi.
Kedua, krisis media. Kemajuan
dalam setiap produk teknologi telah memungkinkan nilai-nilai yang amoral seperti
ide-ide pornografi, kekejaman dan sadistis dapat disalurkan dan dinikmati
melalui TV, video, disket komputer dan lain-lain, secara sempurna. Kenyataan
ini secara tidak langsung telah menawarkan model-model keriminalitas dalam suatu
masyarakat, sehingga mereka didorong melakukan hal yang sama, sehingga, bukanlah
hal yang mustahil bila masyarakat memasuki "nilai-nilai" yang disesuaikan dengan
teknologi yang ada. Sebagai contoh, hubungan seks tanpa nikah saat ini
merupakan hal yang normal bagi masyarakat karena mereka banyak melihat model
baik melalui koran, televisi ataupun film, baik dari luar maupun dalam negeri.
Lebih dari itu televisi menjadikan manusia memiliki hobi baru, yaitu sebagai
penonton; sedangkan waktu-waktu utnuk berdoa, bekerja menjadi terabaikan karena
acara-acara televisi lebih menarik perhatian.
Ketiga, krisis mental. Manusia
menjadi egois, tak pernah memperhatikan orang lain, memburu kemewahan dan
kekayaan, memandang rendah agama. Mentalitas lain yang berkembang dalam era
teknologi saat ini adalah mental kompromi, suatu mental yang menginginkan
berpijak pada dua dunia sekaligus. Mentalitas yang menerima dan berbuat
kenyataan yang salah meskipun dia mengetahui hal itu bertentangan dengan
nilai-nilai kebenaran. Inilah suatu era di mana banyak orang Kristen kehilangan
wajahnya sebagai orang percaya!
KESIMPULAN DAN
PENUTUP
Dari uraian di atas dapatlah
disimpulkan bahwa meskipun IPTEK terus berkembang dan moral masyarakat terus
merosot namun sifat dasar mereka masih tetap sama dengan apa yang dikatakan
oleh firman Allah. Ide dan produk manusia dalam era IPTEK ini tetap berada
dalam dialektis dua pengaruh, pengaruh kebenaran dan ketidakbenaran, pengaruh
kesucian dan dosa, tesis dan antitesis, sehingga relevansi Alkitab tidak pernah
pudar, sebagaimana perkataan Tuhan Yesus, "Langit dan bumi akan berlalu, tetapi
perkataan-Ku tidak akan berlalu" (Luk 21:33).
Dalam menghadapi perkembangan
IPTEK dan pengaruhnya, sikap Yesus kiranya menjadi model dari iman Kristen dalam
menghadapi pembaharuan dan perubahan. Yesus dalam menghadapi zaman tidak pernah
kembali ke belakang, Ia selalu berpandangan ke depan, dan menerima perubahan dan
pembaharuan (Mat 9:16-17). Namun pandangan dan perbuatan Yesus tidak pernah
mengubah kebenaran allah dan kompromi terhadap pandangan dunia.
Pengaruh kekristenan yang
mendorong lahirnya IPTEK merupakan cermin sikap kristiani yang bertanggung jawab
terhadap tugas yang diberikan Allah kepada manusia sebagaiamana tertulis dalam
Kejadian 1:28. Pengaruh tersebut makin diperlukan dalam menghadapi era IPTEK
saat ini, sehingga hal ini menjadi tanggung jawab setiap ilmuwan Kristen. Lebih
dari itu iman Kristen harus merupakan penyaring segala ide IPTEK yang
bertentangan dengan iman Kristen.
Gaya hidup kristiani harus
mempunyai sikap selektif, menahan diri untuk memilih dan memiliki produk-produk
teknologi, agar tidak jatuh ke dalam sekularisme dan teologi kemakmuran. Lebih
dari itu, hidup kasih, yang makin ditinggalkan oleh manusia era IPTEK ini, pada
kenyataannya justru makin diperlukan dan makin membawa kesejukan bila diterapkan
pada masa kini.